Art is Cheap?
Kenapa seni itu mahal, dari tiga gambar diatas ditengah-tengah ada semacam proses, dan buat mendapatkannya tidaklah mudah. Saya ingat betul selepas lulus sma medio 2004 kemampuan berkesenian saya hanya sebatas menggambar buku-buku pelajaran, Menggambari buku teman dengan font nama semacam graffiti, dan tak lupa buku pacar tentunya. Datang ke-Jogja 3 hari menjelang tes masuk kampus seni tanpa kemampuan dan bekal sama sekali merupakan hal yang percuma. Apalagi mayor pilihan saya seni lukis, yang mana sudah barang tentu banyak peminatnya. Beruntungnya saya ketika tinggal diJogja ditempat kakak kelas yang sangat aktif berkesenian. Teman-teman kakak kelas saya sering bertandang kekontrakan tempat saya menginap, karena tahu saya mau masuk ISI Yogyakarta dibantulah saya cara menggambar 1-2 hari menjelang tes, diajari teknik aquarel cat air, sketsa, serta gambar bentuk. 2 hari tentunya waktu yang sangat kurang, apalagi saya harus bersaing dengan teman-teman yang lulus sekolah menengah seni rupa, lulusan sanggar dan sebagainya. Strategi kedua saya jalankan yaitu memilih jurusan lain yang sepi peminat. Kata kakak kelas saya: yang penting masuk dulu 1-2 semester tepatnya setahun kamu belajar melukis, pilihan kedua saya niatkan mengambil jurusan kriya keramik.
Ketika tes masuk ISI Yogyakarta tahun 2004 itupun tidak mudah, hari dimana ujian berlangsung banyak senior dan kakak kelas datang kekampus dengan tujuan buat mengganggu konsentrasi ujian adik kelasnya. Menghampiri ruangan tes, menyalakan petasan mercon, berteriak-teriak dan sebagainya. Saya ingat ketika tes sketsa diluar ruangan dihampiri oleh mahasiswa senior berwajah kucel dan gondrong, gambar saya diliatnya kemudian dikomentarinya: kowe ki gambar opo? Gambar kok elek gitu, mending gausah kuliah disini kamu. Ngomong-ngomong kamu dari jakarta ya? wah orang kota, kenapa ga masuk IKJ (Institut Kesenian Jakarta) aja sana dan lain sebagainya. Sepatah dua kata saya menjawab pertanyaan sambil tetap konsentrasi pada ujian menggambar saya yang secara tidak sadar juga hancur lebur. Hal tersebut sungguh benar melatih mental, Sampai tibalah akhir penentuan kelulusan, dan jawaban bisa ditebak saya tidak diterima dijurusan seni lukis, tapi dipilihan kedua kriya keramik.
.
Selama masa kuliah hampir setahun dikriya keramik saya belajar banyak hal seperti membuat ornamen, menggambar bentuk, belajar nirmana (ilmu tentang warna dan pencampuran) juga sketsa. Ingat betul saya secara diam-diam hampir setiap sore mengayuh sepeda bmx yang saya bawa keJogja untuk berlatih sketsa sendirian. Kebetulan kampus sewon di fakultas seni rupa terkadang sepi, kalaupun ada yang lembur biasanya hanya 1-2 orang ditiap jurusan. Saya datang mengendap duduk dipojokkan dan menggambar ditengah heningnya kampus, ini dikarenakan rasa malu saya kalau sampai ketahuan dengan teman satu angkatan juga kakak kelas. Hingga akhirnya sadar akan kemampuan untuk belajar menggambar sendiri secara grafik ya begitu-begitu aja tidak ada perubahan, malah semakin amburadul ndak karuan. berterus teranglah saya dengan beberapa teman se-angkatan bahwa saya mau pindah jurusan. Kebetulan teman-teman saya di seni lukis menawari saya ikut bimbingan tes masuk ISI, dengan perasaan sedikit malu saya ikut bimbingan tersebut, toh demi mencari ilmu.
Di bimbingan saya mendapatkan banyak hal secara teknik untuk mencipta visual yang bagus. Berhari-hari kerjaan saya selain mengerjakan tugas kuliah kriya juga menggambar. Sampai tiba ujian masuk kembali ditahun 2005, saya mencoba kembali mengambil minat seni lukis. Pada periode test masuk selama 3-4 hari mental saya sudah kuat. Diterror senior-senior jurusan yang berbeda tidak saya hiraukan, karena tujuan dan tekad. Pengumuman tiba dan akhirnya saya diterima dijurusan seni lukis, Dijurusan ini saya belajar banyak hal tentang melukis, secara teknik dan teori, eksekusi karya dan berpameran, hingga lulus-bekerja juga tidak meninggalkan minat saya pada menggambar. Singkat cerita ini menjabarkan proses berkarya saya pribadi untuk orang yang masih berpandangan art is cheaper it seems.
Ketika tes masuk ISI Yogyakarta tahun 2004 itupun tidak mudah, hari dimana ujian berlangsung banyak senior dan kakak kelas datang kekampus dengan tujuan buat mengganggu konsentrasi ujian adik kelasnya. Menghampiri ruangan tes, menyalakan petasan mercon, berteriak-teriak dan sebagainya. Saya ingat ketika tes sketsa diluar ruangan dihampiri oleh mahasiswa senior berwajah kucel dan gondrong, gambar saya diliatnya kemudian dikomentarinya: kowe ki gambar opo? Gambar kok elek gitu, mending gausah kuliah disini kamu. Ngomong-ngomong kamu dari jakarta ya? wah orang kota, kenapa ga masuk IKJ (Institut Kesenian Jakarta) aja sana dan lain sebagainya. Sepatah dua kata saya menjawab pertanyaan sambil tetap konsentrasi pada ujian menggambar saya yang secara tidak sadar juga hancur lebur. Hal tersebut sungguh benar melatih mental, Sampai tibalah akhir penentuan kelulusan, dan jawaban bisa ditebak saya tidak diterima dijurusan seni lukis, tapi dipilihan kedua kriya keramik.
.
Selama masa kuliah hampir setahun dikriya keramik saya belajar banyak hal seperti membuat ornamen, menggambar bentuk, belajar nirmana (ilmu tentang warna dan pencampuran) juga sketsa. Ingat betul saya secara diam-diam hampir setiap sore mengayuh sepeda bmx yang saya bawa keJogja untuk berlatih sketsa sendirian. Kebetulan kampus sewon di fakultas seni rupa terkadang sepi, kalaupun ada yang lembur biasanya hanya 1-2 orang ditiap jurusan. Saya datang mengendap duduk dipojokkan dan menggambar ditengah heningnya kampus, ini dikarenakan rasa malu saya kalau sampai ketahuan dengan teman satu angkatan juga kakak kelas. Hingga akhirnya sadar akan kemampuan untuk belajar menggambar sendiri secara grafik ya begitu-begitu aja tidak ada perubahan, malah semakin amburadul ndak karuan. berterus teranglah saya dengan beberapa teman se-angkatan bahwa saya mau pindah jurusan. Kebetulan teman-teman saya di seni lukis menawari saya ikut bimbingan tes masuk ISI, dengan perasaan sedikit malu saya ikut bimbingan tersebut, toh demi mencari ilmu.
Di bimbingan saya mendapatkan banyak hal secara teknik untuk mencipta visual yang bagus. Berhari-hari kerjaan saya selain mengerjakan tugas kuliah kriya juga menggambar. Sampai tiba ujian masuk kembali ditahun 2005, saya mencoba kembali mengambil minat seni lukis. Pada periode test masuk selama 3-4 hari mental saya sudah kuat. Diterror senior-senior jurusan yang berbeda tidak saya hiraukan, karena tujuan dan tekad. Pengumuman tiba dan akhirnya saya diterima dijurusan seni lukis, Dijurusan ini saya belajar banyak hal tentang melukis, secara teknik dan teori, eksekusi karya dan berpameran, hingga lulus-bekerja juga tidak meninggalkan minat saya pada menggambar. Singkat cerita ini menjabarkan proses berkarya saya pribadi untuk orang yang masih berpandangan art is cheaper it seems.